ACIL BAYAH dan DODOLNYA
Seketika kenangan masa kecil itu kembali
lagi , ingatan yang telah terkubur lama tiba-tiba kembali lebih cepat dari pada
kecepatan suara. Sudah lama sekali aku tidak kembali ke kota ini, kota penuh
kenangan. Kota yang mempersembahkan kepadaku masa kecil yang sangat indah dan
berarti, kota yang mengajariku banyak hal. Banyak hal yang berubah dari kota
ini, sekarang kota ini lebih banyak gedung-gedung menjulang tinggi, seakan ini
bukan kota yang aku kenal dulu.
Tiba-tiba colekan dari saiful membuat
lamunanku buyar.
“
rif, woy.. kita sudah sampai nih”,tepuk saiful dengan jahilnya.
” kita sudah sampai ya, aku lupa “, aku
berkata-kata dengan malu.
“ Ah, kau itu melamun lagi, selalu saja
seperti itu. Ingat masa kecil ya ?” , kata saiful penuh tanya.
“ iya , hhe. Sebaiknya kita turun dari
mobil ini dan ayo kita kesana ful” sambil menunjuk sebuah rumah yang sebagian
besar adalah kayu. Itulah rumah nenekku.
Tujuanku kesini ke kota ini adalah untuk
melanjutkan pendidikan ke sebuah perguruan tinggi di kota ini. Kebetulan tiga
hari lagi aku dan saiful akan mengikuti ospek keperguruan tinggi tersebut dan
menginaplah kami sementara di rumah nenek.
Kedatangan kami disambut kakek dan nenek
dengan hangat. Nenek mempersilahkan aku dan saiful masuk sementara kakek dengan
senyum khasnya menyambut kami.lalu kami berdua dipersilahkan duduk. Sementara
nenek pergi ke dapur menyiapkan makanan untuk kami.
“ rif , ternyata kamu sudah besar ya
sekarang , padahal kamu kurus dan pendek “, tanya kakek.
“ alhamdulilah kek , oh iya kakek masih
memancing seperti dulu”, tanyaku balik. Maklumlah dulu, ketika aku tinggal
disini kakek selalu mengajakku mancing ketika sore hari.
“ sudah beberapa bulan ini rif kakek
tidak memancing , kakek sekarang sering encok , maklum penyakit orang tua “,
kata kakek sambil tertawa.
Tiba-tiba aku mencium bau khas, bau khas
yang sangat aku kenal , dodol. Dodol adalah makan kesukaan ku semejak aku
kecil. Tiba-tiba nenek datang dengan membawakan teh panas dan dodol , dan
langsung kami lahap. Malumlah dari kami berangkat dari amuntai kami belum makan
apa-apa.
“ enak sekali dodolnya nek “, pujiku
“ ini kan makanan kesukaanmu rif sejak
dulu “, makanya nenek buatkan
“ aku jadi ingat acil bayah nek , dimana
dia sekarang ? “, tanyaku
Tiba-tiba raut muka nenek berubah
menjadi murung. Nenek bercerita bahwa beberapa bulan terakhir ini acil bayah
sakit keras dan acil bayah di ungsikan di rumah tetangganya. Karena sejak dulu
acil bayah adalah janda sebatang kara, anak dan suaminya meninggal karena
peristiwa yang tak pernah terlupakan oleh warga kota ini. Tiba-tiba ingatanku
kembali kemasa lalu
*****
Dulu di kota ini terdapat banyak pohon
rindang yang berbaris rapi dari hulu ke hilir, banyak warga yang menanam jambu
dan mangga di depan rumah mereka, sesekali ada anak kecil jahil yang mengambil
buah warga. Dulu, setiap aku pergi sekolah, pagi sekali aku disuruh nenek untuk
mengantar kue buatan nenek ke warung acil bayah yang terletak di depan gang .
setiap kali aku mengantarkan kue aku selalu diberi bekal oleh acil bayah dodol
banyak sekali. Aku sudah dianggap seperti anak sendiri oleh acil bayah , semejak
peristiwa ‘ jum’at kelabu ‘ anak dan suaminya meninggal akibat insiden
tersebut. Akulah anak satu-satunya yang dimiliki acil bayah.
Dulu aku adalah anak cengeng dan minder
dalam bergaul dan selalu saja dijadikan anak bawang oleh teman-teman
disekitarku. Di saat aku menangis, aku selalu ke warung acil bayah untuk
berkeluh kesah. acil bayah selalu memberiku dodol saat aku menangis, sambil
mengatakan “ rif , jadilah seperti dodol. Walaupun bentuk dodol itu kecil
tetapi orang butuh waktu lama untuk memakannya karena dodol itu legit , jadilah
orang yang pantang menyerah jangan mudah putus asa rif. Walau kelihatannya
lemah tapi arif itu kuat “, kata acil bayah sambil menasehatiku. Ajaibnya
setelah makan dodol aku kesedihanku langsung sirna , dan kepercayaan diriku
bertambah.
*****
Tiba-tiba lamunanku buyar , aku
mendengar langkah seorang yang sedang terburu-buru ketempat nenek.
“ nek , acil bayah nek .. jantung acil
bayah kambuh lagi “, kata orang itu
Aku pun segera lari tampa pikir panjang
mengikuti orang terebut, tiba-tiba tanpa terasa air mataku menetes sambil lari
menuju tempatya acil bayah. Saiful pun tidak kalah heroiknya mengejar aku
ketika aku lari tampa pikir panjang.
Akhirnya aku sampai kedepan rumah kayu
yang sudah keliatan tua, nampak beberapa warga mengelilingi seorang wanita
renta, tak berdaya. Tampa pikir panjang aku pun langsung menerobos kumpulan
warga dan akhirnya sampai dihadapan acil bayah.
Wajah yang dulunya ceria, sekarang kusut
dan tak berdaya, tanpa pikir panjang aku pun langsung memeluk acil bayah yang
pingsan karena serangan jantungya. Tak terasa air mataku mengalir deras.
“ cil bangun cil, ini arif . arif datang
kesini..arif sudah kuat cil tidak seperti dulu”, teriakku dengan histeris.tanpa
peduli dengan siapapun yang ada disekitar.
“ acil harus kuat cil, jangan pantang
menyerah cil. Ingat dodol yang dikatakan acil dulu. acil harus bisa sembuh .
HARUSSS”, teriakku dengan kencang.
Tiba-tiba tangan acil bayah bergerak dan
sedikit demi sedikit mata acil bayah terbuka dan tiba-tiba berkata.
“ rif , kamu sudah besar ya, syukurlah .
anakku arif, jadilah seperti dodol walaupun kelihatannya lemah , tapi kamu kuat
tidak mudah untuk dikalahkan “, kata acil bayah terbata-bata.
Tiba-tiba sambulan datang dan langsung
membawa acil bayah kerumah sakit.
Itulah terakhir kalinnya aku mendengar
kata – kata acil bayah mengatakan itu. Dan itu sangat berarti bagiku.
Komentar
Posting Komentar