Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Memaknai Kesederhanaan Beribadah

“ Puasa itu bukan sekedar sahur dan buka puasa,masih banyak hal yang perlu kita lakukan di bulan ramadhan ini. Nikmati aja puasa mu , udah berapa tahun kita berpuasa masa pemikiranmu cuma itu-itu aja” -M.Elhami- Otakku langsung menerawang jauh ke esensi sebenarnya kita berpuasa. Kata ustadz dulu yang pernah saya ingat adalah ‘ puasa itu tujuannya supaya kita bertakwa’. Benar juga kata kata kak el bahwa berpuasa itu bukan cuma kita berpikir bagaimana berbuka dan bagaimana kita sahur, cuma sekedar menunaikan kewajiban. Tetapi puasa sebenarnya adalah bagaimana cara kita memaknainya. Banyak hal yang bisa kita lakukan ( dalam konteks berpuasa / ber ‘ramadhan) untuk meningkatkan ketakwaan kita terhadap allah. Bukan cuma beribadah ( puasa,tadarus,taraweh) tetapi banyak ‘ibadah’ yang bisa kita lakukan dengan’sederhana’ agar meningkatkan ketakwaan kita. Kita sebagai mahasiswa pun, sadar tidak sadar sudah melakukan hal itu. hal yang ‘sederhana’dalam meningkatkan ketakwaan kita, cont

Hiruk Pikuk Berpuasa Di Perantauan

Gambar
Alhamhamdullilah Bulan penuh rahmat dan barokah akhirnya datang juga. Bagi mahasiswa dan masyarakat kebanyakan bulan ‘ramadhan’ ini di manfaatkan untuk bersilaturahmi dan berbagi antar sesama umat manusia. Tidak ketinggalan para mahasiswa, sebagian mahasiswa ‘perantauan’memilih untuk pulang kampung menikmati liburan kuliahnya dan sebagian lagi memilih untuk menetap ‘sementara’ diperantauannya hanya sekedar untuk mengambil semester pendek atau berkegiatan. Well, kali ini akan kita bahas para mahasiswa yang menetap sementara diperantauannya dan memilih untuk hanya sekedar kuliah atau berkegiatan. Menurut saya, bulan ramadhan diperantauan itu sungguh mengasyikkan karena kita bisa ‘mandiri’ dan sekaligus ‘menantang’ diri sendiri dalam artian seberapa mampunya kita menikmati puasa di perantauan. Buka puasa sendiri dan berjuang untuk bangun sahur pun sendiri. Menurut saya, hal ini merupakan ‘pembentukan’kebudayaan dalam diri kita sendiri dimana kita yang biasannya terbiasa den

Budaya yang sederhana

Gambar
Begarak sahur , sudah lama tidak mendengar istilah ini. Sangat jarang ditemukan sekarang di kota besar seperti banjarbaru.Dulu , sewaktu aku kecil di sebuah kota kecil bernama amuntai budaya ‘begarak sahur’ subur disini. Uniknya, dulu bukan sekumpulan orang-orang dewasa yang melakukan ini, tapi anak-anak kecil cabe rawit dengan kesadaran yang luar biasa tanpa mereka sadari, mereka melakukan hal bermanfaat bagi banyak orang. Pada waktu kecil, entah kenapa ketika bulan puasa kami seperti ‘dipanggil’ untuk melakukan budaya ini. Anehnya,kami melakukannya dengan sangat gembira dan sukarela, seperti sekumpulan prajurit yang siap perang dengan membawa ‘senjata’ masing-masing. Pada siang hari kami berlatih dengan peralatan seadanya seperti : botol sirup, direjen minyak tanah dan batu dengan nada yang disesuaikan ‘seadanya’ sebuah instrument begarak sahur pun hadir di tengah-tengah warga dengan gemilang. Sekitar jam 03.00 dinihari, biasanya kami berkumpul disuatu tempat merencanakan