Antara Memilih dan Dipilih Harus Saling Mendukung
Pemilihan Umum ( Pemilu ) sudah semakin
dekat , pemilu tinggal beberapa hari lagi untuk memilih para pemimpin harapan
bangsa Indonesia. Kalau di kategorikan ada dua macam pemilih secara umum di masyarakat.
Pertama, adalah pemilih yang sudah tau bakal calon pemimpin yang bakal dia
coblos di pemilu .Kedua, adalah
pemilih yang tidak tau menahu tentang
calon pemimpinnya. Nah , sekarang kita bahas adalah kategori kedua, yang tidak
tau menahu tentang calon pemimpinnya yang akan dia coblos di pemilu.
Menurut
survei yang dilakukan CSIS 81% pemilih tidak tahu wakil rakyat yang bakal
dipilihnya. Survei CSIS ini dilakukan dengan wawancara tatap muka terhadap
1.180 responden di 33 provinsi. Survei berlangsung dari tanggal 13-20 November
2013 dengan margin of error 2,85. Apalagi para pemilih muda yang notabenenya
sebagai pemilih awal. Dikutip dari sindonews.com
menurut Pelaksana Tugas (plt) Ketua DPRD Jawa Tengah, Rukma Setyabudi, ada 53
juta pemilih muda saat pemilu yang akan datang dan sekitar
67 persen pemilh muda ini belum tahu kapan Pemilu akan dilaksanakan. Tak
hanya itu ada sekira 76 persen bahkan tidak tahu berapa jumlah kontestan pemilu
nanti.
Padahal
seperti yang kita lihat , banyak caleg mempromosikan dirinya secara
besar-besaran. Mulai dari promosi lewat media cetak , media elektronik dan juga
media social seperti facebook, twitter , dll . Bahkan ada juga promosi lewat
spanduk , baliho dengan berbagai macam kata-kata dan kreativitas yang berbeda-beda
sehingga bias menarik minat masyarakat untuk memilih si caleg tersebut. Dirasa
promosi caleg sudah maksimal dengan mengeluarkan uang yang tidak sedikit.
Lantas yang menjadi pertanyaan , tetapi ada saja calon pemilih yang tidak tau
caleg yang akan dipilihnya siapa?. Apakah promosi caleg yang kurang maksimal
atau masyarakat yg akan memilih memang acuh tak acuh dengan pemilu. Nah,
disinilah letak kebingungannya.
Sebaiknya
antara yang dipilih(caleg) dan memilih(masyarakat) harus peduli dengan adanya
pemilu ini. Yang dipilih promosi semaksimal mungkin dan yang memilih seharusnya
antusias dengan adanya pemilu ini , karena dari masyarakat lah yang akan
memilih calon pemimpin yang akan mensejahterakan rakyatnya. Kalau misalkan para
pemilih memilih pemimpin secara sembarang atau lebih parah lagi golput
ditakutkan nanti pemimpin yang kita pilih tidak sesuai dengan harapan.
Analoginya Negara
adalah sebuah organisasi, bukan pemimpinnya saja yang harus berpikir demi
rakyatnya tetapi juga rakyatnya harus mendukung juga apa yang dipikirkan
pemimpinnya, intinya demi terciptannya kesejahteraan dan kedamaian antara
pemimpin dan rakyat harus saling mendukung satu sama lain.
Komentar
Posting Komentar